Melek Internet Untuk Anda

BIOSKOP MELEKNET

BIOSKOP MELEKNET
Sekedar pengingat, sejak pertama kali rilis tahun 2004 lalu, sekuel-sekuel SAW hadir sebagai film tahunan untuk perayaan Halloween dan sukses mendapatkan perhatian para pecinta film


Senin, 27 Desember 2010

Pengenalan Interface/ Tampilan Microsoft PowerPoint 2007


Pada windows Microsoft Power Point 2007 yang muncul, terdapat beberapa tampilan sebagai berikut :
- Office Button
- Quick Access Toolbar
- Title Bar
- Tabmenu Ribbon
- Ribbon
- Status Bar
- Horizontal Scroll Bar
- Vertical Scroll Bar
- Slide Area

Ingin lebih lengkapnya dengan versi E-book. Dapatkan Gratis hanya di MelekNET. Hubungi Operator...
READ MORE >>

Jumat, 10 Desember 2010

Skyline

Meneropong nama Greg dan Colin Strause atau lebih dikenal sebagai Brothers Strause di panggung perfilman Hollywood, pastilah akan membuat kita berdecak kagum, khususnya ketika melihat jejak karir mereka di dunia efek visual. Berawal dari keterlibatan mereka dalam mengerjakan efek-efek spesial untuk film “The X-Files” di tahun 1998, sejak saat itu mereka juga terlibat dalam film-film seperti The Nutty Professor, Volcano, termasuk mengemas efek khusus untuk adegan iceberg di film Titanic. Bersama perusahaan yang mereka dirikan di tahun 2002, Hydraulx, Brothers Strause makin menancapkan taringnya di arena visual efek, dengan terlibat dalam pembuatan efek untuk film-film blockbuster, sebut saja Iron Man 2, 2012, X-Men Origins: Wolverine, Fantastic Four: Rise of the Silver Surfer, 300, The Day After Tomorrow, dan Terminator 3: Rise of the Machine.

Setelah merambah dunia efek di film, video musik, dan iklan, akhirnya pada tahun 2007, Brothers Strause merilis film debut mereka “Aliens vs. Predator: Requiem”, yang justru mendapat respon negatif dari para kritikus namun secara komersil bisa terbilang sukses dengan pendapatan $157 juta. Berbekal “kesuksesan” film debutnya tersebut dan senjata utama mereka yaitu keahlian mengemas visual efek, Brothers Strause pun kembali merilis film kedua mereka, masih dengan tema fiksi ilmiah, “Skyline”. Brothers Strause di film ini tidak hanya duduk pada bangku sutradara tetapi juga ikut memproduseri dan perusahaan mereka Hydraulx juga terlibat menangani sebagian besar efek visualnya. Filmnya sendiri bercerita tentang beberapa sinar biru yang tiba-tiba jatuh dari langit kota Los Angeles. Sinar tersebut berbentuk bola cahaya yang cukup besar dan menyilaukan, jatuh menyebar di setiap sudut kota, lalu “menarik” siapa saja yang melihatnya. Jarrod (Eric Balfour) dan teman-temannya yang sedang tertidur pulas sehabis pesta semalaman pun akhirnya terbangun dikejutkan dengan cahaya aneh tersebut.

Apa yang mereka tahu soal cahaya tersebut adalah sinar birunya yang menyilaukan sudah berhasil “menculik” salah-satu teman mereka dan hampir saja membuat Jarrod menjadi korban selanjutnya. Dalam keadaan panik, bingung, dan takut bercampur menjadi satu, Jarrod dan Terry (Donald Faison) pun memutuskan untuk ke atap gedung, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sesampainya di atap, mereka langsung disambut kedatangan pesawat-pesawat alien. Belum selesai dikejutkan oleh kemunculan pesawat-pesawat yang berbentuk aneh dan berukuran raksasa tersebut, Jarrod dan Terry pun dipaksa menjadi saksi hidup untuk melihat ribuan manusia terisap ke dalam perut pesawat alien. Layaknya sebuah pembersih debu, pesawat-pesawat ini melayang dengan tenang di atas kota lalu “membersihkan” seisi Los Angeles dari manusia-manusia yang tidak beruntung. Bagi mereka yang beruntung selamat, termasuk Jarrod, Terry, dan temannya yang berada di kamar, mimpi buruk belumlah berakhir. Sebaliknya semua ini baru saja dimulai, mereka yang selamat harus siap untuk bersembunyi dan menyelamatkan diri dari para pemburu. Mereka tidak kenal ampun, memancing manusia untuk keluar dengan sinar biru yang menggoda, dan dengan tentakel-tentakelnya memangsa manusia terakhir yang tersisa.

“Skyline” tidak lebih dari ego Strause bersaudara yang ingin menampilkan film aliennya menjadi lebih hebat dari film-film invasi alien yang sudah pernah ada, dengan “riasan” yang berlebihan film ini berharap bisa menutupi kekurangannya disana-sini. Bujet sekitar 10-20 juta dolar pun dihabiskan untuk memoles kota Los Angeles menjadi arena mainan Strause bersaudara, mengubah kota menjadi zona pertempuran manusia versus para alien, yup dengan segala visual efek yang bertebaran menghiasi birunya langit kota malaikat tersebut. Namun “strategi perang” yang dilancarkan Greg dan Colin Strause sudah salah langkah dari menit awal film ini dimulai dan mereka sudah lebih dahulu teracam kalah perang jika bukan karena bantuan visual efek yang diobral habis-habisan. Terlalu percaya diri dengan kejutan-kejutan alien berselimut rekayasa komputer, Strause bersaudara akan lebih dahulu membuat saya bosan setengah mati, bahkan ketika film ini menginjak menit ke 10. Strause terlalu bertele-tele memperkenalkan karakter-karakternya yang sepanjang film hanya akan menampilkan performa buruk.

Strause bersaudara mungkin berharap bisa mengisi simpati penonton dengan intrik-intrik kecil hubungan antara karakternya lewat tampilan drama, namun terbukti tidak berhasil karena drama yang seharusnya menjadi bagian pelengkap ini dikemas cenderung terlalu lama, dengan dialog yang membuat saya tidak peduli dengan para karakternya. Ketika tiba saatnya Strause bersaudara mengeluarkan pesawat alien, para pemburu, dan monster-monster raksasa yang tampil dengan visual efek yang cukup impresif, film ini melakukan kesalahan berikutnya. Semua visual efek hebat tersebut hanya berhasil mempercantik permukaan saja, namun tidak memberikan efek yang dalam kepada saya untuk merasakan bahwa kota benar-benar sedang berada dalam bahaya karena invasi alien besar-besaran. Beberapa adegan mengerikan “vacuum cleaner” memang sanggup menaikkan intensitas ketegangan dalam film, membuat semua orang merasa terancam dan penonton diajak untuk ikut “terisap kedalam film, namun sisanya hanya adegan-adegan penuh visual efek yang tak bernyawa.

Strause bersaudara salah jika salah satu adegan kedatangan pesawat alien disini dapat membuat saja tercengang, karena adegan kemunculan pesawat alien di “Independence Day”-nya Roland Emmerich masih jauh lebih membuat saya merinding dan rasa kaget melihat pesawat alien nangkring di atas kota Johannesburg dalam film “District 9” masih belum bisa dikalahkan. Strause bersaudara pun semakin “rakus” ketika mencomot satu-persatu unsur-unsur dari film-film fiksi ilmiah sejenis, lalu mendaur ulangnya hingga terlihat serupa tapi tidak sama. Tak heran ketika menonton “Skyline”, saya merasa seperti menonton potongan-potongan film-film fiksi ilmiah terdahulu, seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya: District 9, Independence Day, lalu dicampur War of the World. Namun kerakusan Strause bersaudara tersebut berimbas pada film ini yang justru makin terlihat berlebihan, ditambah pada saat mereka justru kehilangan “battleplan” untuk poin paling penting yaitu cerita. Strause bersaudara asyik menyiapkan permainan visual efek, kapal-kapalan, monster-monster, dan takdir para pemainnya namun lupa untuk memberi penonton sebuah alasan kenapa mereka harus betah duduk di bioskop ketika invasi yang paling mengerikan menyambut mereka…diinvasi oleh rasa bosan yang akut.

Salam,
Rangga Adithia,
Raditherapy.wordpress.com


Download Link:
http://www.maknyos.com/isjh08a7j4kq/twiz-skyliner5.avi.html
Pass : www.indofiles.org
Subtitle : http://subscene.com/indonesian/Skyline/subtitle-391077.aspx

File 350MB
http://www.maknyos.com/b1e07131epo0/Skyline.2010.Dvdrip.350MB.mkv.html
Subtitle : http://subscene.com/indonesian/Skyline/subtitle-391130.aspx



READ MORE >>

Selasa, 23 November 2010

The Last Exorcism

Movie Details
Theatrical Release : 24 September 2010 (ID)
Genre : Horror • Drama
Run Time : 1 hour 30 minutes
Rated : Dewasa
Website : http://www.thelastexorcism.com
Facebook : http://www.facebook.com/thelastexorcism
Twitter : http://twitter.com/lionsgatehorror
Cast & Crew :
Director Daniel Stamm
Producer Ron Halpern • Huck Botko • Andrew Gurland
Starring Patrick Fabian • Ashley Bell • Iris Bahr • Louis Herthum • Caleb Landry Jones

The last exorcism adalah sebuah film horror yang dikemas dalam bentuk mockumentary, sebuah metode pembuatan sebuah film selayaknya film documenter yang belakangan ini mulai sering digunakan. Sebut saja [REC] dan sekuelnya, [REC]2, Paranormal Activity yang begitu sensasional, atau produk lokal, te[rekam], sebagai contoh lain dalam menerapkan formula ini. Mockumentary Horror dianggap ampuh untuk lebih menimbulkan suasana dan sensasi horror dari setting yang seolah-olah dan dibuat se-nyata mugkin.

Menceritakan tentang Cotton Marcus, seorang pendeta yang mulai berkhutbah sejak dari Ia remaja dimana lambat laun seiring perjalanan hidupnya dia berprofesi menjadi seorang pengusir setan. Pendeta Cotton melakukan pengusiran setan selama bertahun-tahun atas nama Gereja untuk uang, tanpa mempercayai proses Exorcism itu sendiri. Karena memang dalam keyakinan dirinya dia hanya mempercayai Tuhan, tanpa pernah mempercayai keberadaan Iblis.

Sampai suatu saat, Cotton yang diperankan oleh Patrick Fabian ini ingin meluruskan atas apa yang selama ini ia lakukan dengan terlibat pada produksi sebuah film dokumenter yang menceritakan dirinya sebagai seorang Exorciser berikut juga sebuah prosesi Exorcism terakhir yang akan ia lakukan untuk mengungkapkan semua tipu muslihat yang ia gunakan selama proses exorcism. Namun kali ini keimanannya diuji pada Nell, seorang putri petani yang diyakini sedang kerasukan setan.

Film ini tampil menawan pada pengembangan karakter setiap tokoh yang diciptakan, terutama pada karakter Cotton Marcus yang begitu jelas terlihat perubahannya pada awal dan akhir film. Apalagi didukung dengan totalitas acting para pemain yang seakan-akan sudah fasih melakonkan perannya dalam format mockumentary, terlihat begitu natural. Hal inilah yang membuat konsep dan pengemasan Mockumentary dalam film ini benar-benar telihat jenius dan tidak bisa dibilang buruk, pun pada hasil pengambilan gambar yang terlihat halus dan terkesan cukup rapi.

Namun sayang, segala kesempurnaan elemen akting dan gambar tersebut tidak diimbangi dengan penyajian story line yang kuat. Hanya istimewa pada ide cerita namun lemah pada pengembangannya yang mengakibatkan film ini terkesan berjalan lambat dan begitu membosankan. Dan parahnya lagi, scene pengenalan dan atau segala scene-scene yang seharusnya bisa dipersingkat pun disuguhkan di awal hingga menuju bagian akhir film dengan durasi yang begitu lama tanpa adanya kejutan ataupun sesuatu yang baru dan membuat saya yang notabene susah untuk menyukai film-film documenter menjadi benar-benar sempat berniat untuk WO.

Selain itu, sensasi mengagetkan, menegangkan, menakutkan, atau pembentukan suasana mencekam dalam film sebagai elemen utama film horror yang lazimnya digunakan pun tidak akan banyak ditemukan dalam film ini. Semuanya seolah disajikan dalam porsi yang begitu tanggung atau bahkan terkesan minim untuk bisa dikonsumsi. Yah sayang memang, film yang harusnya dieksekusi ke dalam sajian yang lebih menarik dan menakutkan ini harus tunduk pada segala kelemahan-kelemahan tersebut.

Akan tetapi, seolah membayar semua kecacatan pada film berdurasi 87 menit ini, The Last Exorcism berhasil membuat saya sedikit terhibur dan juga sempat tercengang atas segala tipu muslihat Cotton yang ditunjukkan dengan beberapa “trick sulap” pengusiran setan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya namun konyol. Begitu pula pada bagian akhir, sang sutradara ternyata berhasil “menipu” dan menyuguhkan penyelesaian film yang briliant untuk dikonsumsi tanpa harus berharap lebih untuk film ini.

Review
Good Point
  • Film ini tampil menawan pada pengembangan karakter setiap tokoh yang diciptakan, terutama pada karakter Cotton Marcus yang begitu jelas terlihat perubahannya pada awal dan akhir film. Apalagi didukung dengan totalitas acting para pemain yang seakan-akan sudah fasih melakonkan perannya dalam format mockumentary, terlihat begitu natural.
  • pada hasil pengambilan gambar yang terlihat halus dan terkesan cukup rapi.
Bad Point
  • Namun sayang, segala kesempurnaan elemen akting dan gambar tersebut tidak diimbangi dengan penyajian story line yang kuat.
  • Dan parahnya lagi, scene pengenalan dan atau segala scene-scene yang seharusnya bisa dipersingkat pun disuguhkan di awal hingga menuju bagian akhir film dengan durasi yang begitu lama tanpa adanya kejutan ataupun sesuatu yang baru
Do you recommend? Yes
By: ardnas20.wordpress.com

Download Link:
http://www.maknyos.com/uo0d50dv9m3g/twitz-exorc-xvid.avi.html
All Pass
www.indofiles.org

Link Lain
http://www.indoexe.com/ekxra1ratroq/tleLKRG.avi
http://www.maknyos.com/znownidh0lyw/tleLKRG-maknyos.com.avi.html
Password : nzw2@indofiles.org




READ MORE >>

Pengenalan Tampilan Ms.Excel 2007 (Panduan Ms. Excel 2007 Untuk SMA)

Pada Windows Microsoft Excel 2007, terdapat beberapa tampilan seperti berikut (lihat pada gambar) :
  • Office Button
  • Quick Acces Toolbar
  • Title Bar
  • Tab Menu Ribbon
  • Ribbon
  • Formula Bar
  • Status Bar
  • Horizontal Scroll Bar
  • Vertical Scroll Bar
  • Spreadsheet Area
  • Collums
  • Row

Ingin lebih lengkapnya dengan versi E-book. Dapatkan Gratis hanya di MelekNET. Hubungi Operator...
READ MORE >>

Minggu, 21 November 2010

Membuat Numbering (Pada Pengolah Kata Ms.Word 2007 Untuk SMA)

1. Sorot teks yang dikehendaki.


2. Klik icon "panah mengarah ke bawah" pada ribbon paragraph. Kemudian pilih jenis Number Aligment Left.


3. Tekan Ctrl+B untuk menebalkan huruf.

4. Lakukan kembali untuk teks yang mempunyai format numbering yang sama.


Ingin lebih lengkapnya dengan versi E-book.  Dapatkan Gratis hanya di MelekNET. Hubungi Operator...

READ MORE >>
Silahkan kontak Costumer Service kami untuk pemasangan iklan atau layanan lainnya.
Status YM
Bila Custumer Service kami tidak mengerti pertanyaan dan permasalahan sulit Anda, silahkan langsung kontak teknisi kami.
Status YM

Koleksi Film (klik pada gambar)

Koleksi Film (klik pada gambar)
Ingin punya koleksi film seperti kami, silahkan hubungi Operator...
 

MelekNET Copyright © 2010 by MelekNET Powered By Blogger, IDFL Design by ET